Cari Blog Ini

Minggu, 27 Februari 2011

[Fanfic-Hetalia] Kumpulan cerita Valentine

Jadi, dalam satu post ini ada 3 cerita Valentine Hetalia dengan cerita dan karakter yang berbeda-beda. XD

Semua cerita ini aku bikin untuk event di sebuah forum. Semuanya aku bikin dengan jangka waktu satu minggu. :D

Tapi, walaupun namanya cerita valentine, semuanya tidak ada romantis-romantisnya sama sekali.....malah jadi cerita komedi. /plaak

Title: Fuzzy Feeling

Author: Dark lily

Characters: France, England, Germany, Italy, Japan, America, China (minor)

Pairings: France/England

Rating: K

Words count: 1.534

Warning: None

Disclaimer: The Characters are original Character From Hetalia: Axis Powers by Himaruya Hidekaz

Summary: France memberikan coklat pada semua orang, tapi ternyata coklat itu bukan buatannya sendiri.


Title: Happy Chocolate

Author: Dark lily

Characters: Germany, Italy, Japan, Prussia.

Pairings: Tidak pairing spesifik di sini. lol

Rating: K

Words Count: 956

Warning: None. (Tapi kepolosan Italy mungkin membuat salah paham. XDDD)

Disclaimer: The Characters are original Character From Hetalia: Axis Powers by Himaruya Hidekaz.

Summary: Prussia harus terkurung di ruang kerja bersama Germany dan Japan, padahal hari itu adalah hari Valentine. Tapi semua berubah ketika Italy datang....


Title: Please, Feel My Love

Author: Dark lily

Characters: Russia, Belarus, Lithuania

Pairings: Russia/Belarus

Rating: K

Words Count: 1.388

Warning: None.

Disclaimer: The Characters are original Character From Hetalia: Axis Powers by Himaruya Hidekaz.

Summary: Belarus mengejar kakaknya untuk menyerahkan coklat Valentine. Tapi bukan bertemu dengan kakaknya, dia malah hanya bertemu dengan syal Russia saja.





Pagi hari di tanggal 14 Februari, di sebuah tempat yang sedang mengadakan World Meeting. France masuk sambil melambaikan tangan dan tangan satunya lagi membawa bungkusan besar.

"Pagi semua! France Nii-san sudah datang .”

"Kamu terlambat, France!! Kami semua sudah menunggu tahu!" Bentak Germany kesal.

"Maaf, maaf. Bagaimana sepotong coklat supaya emosi reda."

France mengeluarkan sebungkus coklat dari bungkusan besar yang dibawanya lalu menyerahkannya ke Germany sambil tersenyum. Germany terdiam heran sambil menatap coklat yang disodorkan France. Mulai ada suara berbisik-bisik melihat adegan aneh di pagi hari yang mengejutkan.

"A-Apa-apaan ini...France?" Tanya Germany masih syok.

"Tenang saja. Semua juga dapat kok!"

"Huwaaa! Benarkah?" Teriak Italy senang.

France mengeluarkan bungkusan coklat satu persatu dan menyerahkan ke masing-masing peserta rapat yang hadir.

"Nah, silahkan nikmati semuanya."

"Melihat senyuman France kok rasanya ada yang mencurigakan di coklat ini ya..." Kata Germany sambil menatap bungkusan coklat di tangannya dengan curiga.

"Tapi enak lho~" Kata Italy dengan nada ceria sambil mengunyah coklatnya.

"Yah...selama ini buatan France, kurasa tidak apa-apa sih..."

"Eh? Ini bukan buatanku kok." Kata France.

"Eh!?" Germany dan Italy menoleh ke France dengan tatapan heran sekaligus bingung.

"Ngomong-ngomong, England-san tidak datang juga....apa anda menyisakan coklat untuknya, France-san?" Tanya Japan heran.

"Buat apa." France mengibaskan tangannya, "tidak mungkin kan dia makan coklat buatannya sendiri."

Sedetik setelah France mengatakan hal itu, semua pada terdiam. Suasana yang cerah langsung berubah menjadi suram. Beberapa orang dengan lemasnya meletakkan coklat yang sudah termakan di atas meja. Ada juga yang berusaha memuntahkan coklat yang sudah termakan. Namun apa daya, semua orang di ruangan itu sudah memakan coklat itu.

"I...Ini...buatan England...??" Kata America sambil melihat coklat ditangannya dengan tidak percaya.

"Tapi kok enak!!???" Teriak China dengan sekuat tenaga saking tidak percayanya.

Seisi ruangan pun menjadi kacau. Semua orang menjadi panik seakan-akan perut mereka bisa meledak setiap saat. Hanya France yang bersikap tenang, dia hanya menghela nafas melihat kehebohan di depannya.

Sudah kuduga reaksi mereka akan seperti ini kalau aku bilang coklat-coklat ini buatan England....tapi si bodoh itu kemana sih? Jangan-jangan dia masih ngambek gara-gara kemarin.

*******

Kemarin pagi. Tidak seperti biasanya France mengunjungi rumah England dan tidak seperti biasanya juga pria berambut pirang sebahu itu terdiam heran melihat pintu rumah England.

"Alis tebal bodoh itu lagi ngapain sih? Kenapa pintunya ditempeli benda seperti ini?"

Siapapun pasti heran melihat pintu rumah England yang dipasangi garis polisi, seperti yang ada di tempat kejadian perkara. Ada juga papan bertuliskan 'DANGER','KEEP OUT' dan sejenisnya. France mencoba membuka pintu, dan ternyata pintu tidak terkunci. France pun berjalan masuk.

Tidak sulit bagi France menemukan England, karena ada kebulan asap dari suatu ruangan. Dan ruangan itu adalah dapur, tempat terlarang bagi England. France menghampiri England yang sedang mengaduk sesuatu di baskom.

"Kamu itu lagi ngapain, sih?" Tanya France sambil menghampiri England.

"HUWAAAA!!! KE-KE-KENAPA KAMU ADA DI SINI!!??"

"Tidak perlu sekaget itu kan. Lagipula kamu yang suruh aku ke sini untuk membicarakan pekerjaan kemarin lusa, kan?"

"I-Iya ya...tapi kamu jangan masuk ke rumah sembarangan!!" Teriak England kesal.

Tanpa sengaja France melirik ke panci yang ada di atas kompor. Isi panci itu penuh dengan cairan kental yang mengeluarkan gelembung, seperti lahar di kawah gunung berapi. France langsung bergidik melihatnya.

"I-Itu....apa...?" Tanya France ragu sambil menunjuk isi panci.

"Dari warnanya juga bisa tahu, kan? Dasar bodoh!"

France terdiam. Bukannya dia tidak tahu warna apa yang ada di isi panci itu, masalahnya warnanya sangat tidak jelas.

"Itu coklat bodoh!!" Kata England kesal.

"Apa!!?" France teriak kaget tidak percaya, "coklatnya kamu apakan!?"

"Coklatnya aku rebus. Terus aku kasih *piip*, *piip* dan *piip*...."

"Cukup!" France menutup mulut England, "aku tidak mau mendengar lanjutannya! Rasanya mengerikan....mendengar coklatnya direbus saja sudah salah dari awal...."

"Memangnya apa yang salah bodoh!!"

"Tentu saja itu salah besar!! Mana ada coklat direbus!!? Dan semuanya yang kamu kasih itu bukan untuk makanan, tahu!!"

England langsung terdiam, tidak bisa membalas. France hanya menghela nafas panjang.

Dia ini sebenarnya mau ngapain sih? Ah! Benar juga besok kan....hari Valentine!

"Jangan-jangan...kamu buat coklat untuk...America?"

England menoleh kaget ke France. France pun sedikit kaget karena tebakannya benar. Pria bermata hijau itu langsung panik dengan wajah memerah.

"Bu-Bu-Bukan!!! Ini....ini...ini buat taruhan!!"

"Taruhan? Taruhan apa?"

"Itu bukan urusanmu!!"

"Aku tidak mengerti sih...kasihan sekali kalau America harus makan coklat buatanmu ini..."

"Sudah kubilang ini bukan buat America!!"

Kayaknya ini bakalan menarik. Tidak ada ruginya kalau aku mengajari England membuat coklat.

"Karena aku sudah ada di sini, aku akan mengajarimu membuat coklat!"

"Hah? Tidak perlu!" Tolak England tegas.

"Tapi kamu mau menang taruhan kan?"

France tersenyum menyeringai. England langsung berkeringat dingin dan terlihat pasrah. Dia pun mengangguk, hal itu membuat France tersenyum puas.

"Untuk mencairkan coklat, potong coklat batangan kecil-kecil lalu taruh coklat di panci yang dipanaskan di atas air mendidih. Aduk terus sampai coklat cair. Bisa juga ditambakan susu atau yang lainnya untuk membuat coklatnya manis. Setelah cair taruh coklatnya di cetakan dan dinginkan."

England terdiam heran mendengar penjelasan France. Semua yang dkatakan France berbeda jauh dengan apa yang dilakukannya barusan.

"Itu dasar pembuatan coklat, dasar bodoh!"

"Berisik!!" Teriak England kesal.

France duduk sambil memberi instruksi ke England. Pria bermata hijau itu pun mengikuti dengan patuh. France sangat menikmatinya karena jarang-jarang England mau melakukan perintah France.

"Akhirnya jadi juga. Hari pun sudah sore. Tidak kusangka kamu bisa menghias coklat dengan bagus, tidak seperti kemampuan memasakmu." Kata France sambil melihat coklat yang terjejer di atas meja.

England hanya terdiam kesal. France mengambil salah satu coklat dan memakannya.

"Wah, enak!"

Tentu saja enak. Ini kan hasil instruksi dariku. Anak kecil saja bisa melakukannya.

Mata England melebar melihat France yang tersenyum kecil setelah mencoba coklat itu. Karena untuk pertama kalinya ada yang mengatakan enak pada hasil masakannya.

"Tapi kenapa kamu buat sebanyak ini? Oi, England, kamu dengar aku?"

England hanya terdiam dengan wajah menunduk. Sekilas terdengar gumaman England yang tidak jelas.

".....keluar..."

"Hah?"

"KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA!!!!"

Teriakan England membuat seluruh rumahnya bergetar. Lalu tidak lama kemudian France berdiri di depan rumah England dengan wajah kesal

"Dasar tidak tahu berterima kasih!!! Kenapa aku diusir!!???"

"Bawa ini juga!!"

England melempar bungkusan besar ke France. Setelah dilihat, ternyata isinya coklat-coklat tadi yang di buat England. France terdiam bingung melihat bungkusan itu.

***********

Dan karena aku tidak mungkin makan coklat ini sendirian, aku memberikannya ke peserta rapat saja. Coklat ini sama saja dengan buatanku juga, jadi buat apa aku makan....

Kembali ke ruang rapat. Suasana sudah mulai tenang. Sepertinya semuanya sudah mulai menerima kenyataan.

"Sebenarnya England mau apa sih buat coklat?" Tanya Germany heran.

"Aku juga tidak tahu. Tapi yang jelas penyebabnya ada pada satu orang." Jawab France sambil melirik ke America.

Semuanya pun ikut melirik ke America secara bersamaan. America pun kaget melihat semua orang menatapnya. Suatu keanehan juga, karena America dari tadi hanya diam.

"Ugh! Lihat saja! Pasti aku akan buat coklat yang lebih enak, berwarna sampai kalian tidak mau berhenti memakannya!" Setelah berteriak kesal, America langsung berlari keluar.

"Hah!? Tunggu America! Jangan kabur di tengah rapat!!" Teriak Germany.

"Veee....aku tidak mengerti maksudnya...."

"Mungkin ini karena beberapa hari yang lalu saya menceritakan tentang White Day ke America-san dan England-san. Setelah itu mereka mau taruhan siapa yang membuat coklat paling enak harus memberikan hadiah White Day." Kata Japan.

"White day? Hari dimana kita memberi hadiah ke pemberi coklat di hari Valentine, kan?" Tanya Italy dan langsung dijawab Japan dengan anggukan.

"Tapi France Nii-chan, tidak apa-apa memberikan coklatnya pada kami?"

"Memangnya kenapa? Aku tidak mungkin makan semua coklat ini sendirian." Jawab France santai.

"Soalnya ini berarti....England memberikan coklat Valentine ke France Nii-chan kan?"

France terdiam. Hal itu tidak terpikirkan olehnya sebelumnya. Tapi kemudian France malah tertawa.

"Tidak mungkin! Dia kasih sebelum hari Valentine, lagipula dia kan benci aku."

Walaupun begitu, France terus memikirkan kata-kata Italy sampai dia pulang. Tiba-tiba handphone France berbunyi dan yang meneleponnya adalah England.

"Hei! Dasar bodoh!!! Jenggot sialan!!! Pemabuk sialan!!!"

"Hei! Kenapa kamu menelepon sambil menghinaku, hah!!" Teriak France kesal.

"Ngapain kamu kasih coklatnya ke semua orang!!?"

"Eh? Tahu darimana? Kamu buat banyak sih jadi kukira kamu memang mau memberikannya ke semua orang."

"Dasar bodoh!! Pergi saja kamu ke neraka!!!"

Telepon pun terputus. France menatap handphonenya heran.

"Sebenarnya alis tebal itu mikir apa sih? Aku tidak mengerti...apa dia marah karena aku kasih ke semua orang? Tapi coklat buatan dia kan enak karena aku yang kasih instruksi..."

France pun berjalan pulang dengan santai sambil bersiul.

Yah usaha dia patut dihargai sih. Mungkin hanya sekali ini aaja aku makan coklat buatan England (kalau dia buat lagi aku tidak mau memakannya). Nah, sebagai balasannya Aku akan membuat kue coklat yang luar biasa enak sampai dia tidak bisa berhenti memakannya.

Sementara itu di rumah England....

"Kesal, kesal, kesal!! Kukira karena dia bilang enak, dia akan makan semua coklatnya. Karena mustahil orang lain mau makan coklat buatanku! Bahkan America pun pasti menolak! Dan sekarang coklat buat taruhan tidak ada lagi! Aku pasti bakal kalah dengan America!!"

Dan bagaimana nasib America? Tentu saja dia pulang ke rumahnya dan langsung menyiapkan serangan balasan agar bisa menang taruhan. Dengan senjata rahasia perwarna makanan berbagai warna ditambah fluorescence dan cetakan coklat yang besar, bisa dibayangkan coklat seperti apa yang akan dibuat America. Karena saat ini dia membayangkan England tertawa terbahak-bahak karena coklat buatannya enak. Dan tentu saja America tidak mau kalah. Dia bertekad membuat coklat yang jauh lebih enak.

Begitulah hari Valentine antara personifikasi negara ini, sama sekali tidak berbeda dengan hari-hari biasa.

THE END

14-02-2011

Author Note: Maaf ini bukan cerita Valentine yang romantis...

Ide cerita dari membayangkan England bisa masak makanan enak sekali seumur hidup. /plaak

Perasaan yang ingin kusampaikan di sini, bahagia. Karena France dan England sama-sama senang. (dalam artian tertentu)



14 Februari. Adalah hari yang sangat istimewa bagi para pasangan dan mereka melewati hari kasih sayang ini bersama-sama. Tapi tidak bagi Prussia, yang di hari itu harus terkurung bersama Germany dan Japan.

“Hey.....West.....Lapar....”

“Itu ada kue yang tadi dibawa Japan. Makan saja.”

“Hey. West. Mau bir.”

“Itu ada satu botol tadi aku bawa. Minum saja.”

“Hey! West! Aku mau keluar!”

“Tidak boleh! Nii-san harus terus disini!”

“AAAARRRGHH!! Kenapa sih kamu itu strict banget!!! Aku kan belum ngapa-ngapain!”

Prussia terus menerus berteriak kesal. Germany hanya menghela nafas dan terus melanjutkan pekerjaannya bersama Japan yang duduk di depannya.

“Maaf ya Japan, kamu harus mendengar keluhan kakakku yang tidak jelas. Dan maaf juga kamu harus ikut terkurung di sini.”

“Tidak apa-apa. Tapi...Germany-san....kalau boleh tahu, sebenarnya ada apa?”

“Sebenarnya....tadi Nii-san tidak sengaja melihat Hungary memberikan coklat ke Austria. Dan Nii-san
berencana mengganggu mereka berdua. Untunglah sebelum itu terjadi aku sudah menghentikannya. Dan supaya Nii-san tidak berbuat macam-macam, kuajak Nii-san ke sini agar aku bisa mengawasinya ju---.”

“Aneh, kan?” Prussia tiba-tiba memukul meja di depan Japan, membuat Germany dan Japan kaget,
“bukannya seharusnya laki-laki yang memberikan bunga ke perempuan? Kenapa ini jadi terbalik!? Dan kenapa harus coklat!?”

“Sebenarnya kalau di rumahku, perempuan yang memberikan hadiah. Kebanyakan memberikan coklat kepada laki-laki.”

“Huh! Tapi kan ini di Eropa! Seharusnya cowok yang memberi bunga ke cewek! Aristokrat bodoh berkacamata itu juga mau saja menerima coklatnya! Seharusnya dia punya harga diri!”

“Harga diri? Buat apa?” Tanya Germany heran, “lagipula...Nii-san Cuma iri, kan? Karena tidak dikasih coklat.”

“A-aku nggak iri, kok!” Bantah Prussia.

“Sudahlah, Nii-san. Setelah pekerjaanku selesai kita ke toko kue dan beli coklat yang Nii-san inginkan.” Bujuk Germany.

“Itu beda tahu! Coklat yang diberi sama yang dibeli itu beda rasanya!” Kata Prussia kesal.

“Itu kan sama-sama coklat...” Kata Germany bingung.

Tidak lama kemudian ada suara ketukan dan suara khas Italy memanggil Germany dari luar.

“Germany! Germany! Kamu ada di dalam?”

“Ita-chan!! Ada Ita-chan!!” Kata Prussia dengan mata berbinar-binar.

“Iya, iya. Tunggu sebentar, aku buka pintunya.”

Germany berjalan menuju pintu dan membuka pintu yang terkunci lalu membukanya.

“Kenapa dikunci sih? Tumben.” Tanya Italy heran.

“Yah...ada berbagai masalah....”

“Ita-chan! Akhirnya kamu datang!” Prussia muncul tiba-tiba di belakang Germany, membuat Italy dan Germany kaget, ”aku sudah nggak tahan lagi terkurung di sini! Bersama dua orang yang
bertampang kaku dan hawa serius! Kita jalan-jalan bersama yuk.”

“Ve? Ada Japan di sini ya? Huwaa~ Kamu ada di sini! Kebetulan sekali!”

Italy segera berlari menghampiri Japan. Prussia hanya terdiam membatu seperti pria yang ditolak cintanya. Germany yang mengerti kekecewaan kakaknya hanya menepuk pundak Prussia.

“Ada apa, Italy-kun?” Tanya Japan Heran.

“Ini untukmu!”

Italy memberikan sebuah kotak coklat dengan buket mawar merah. Germany, Prussia, bahkan Japan sendiri tersentak kaget melihatnya.

“A-A-A-A-A–Apa maksudnya ini!!!?” Tanya Japan gugup.

“Hadiah Valentine~” Jawab Italy dengan senyum polos.

Sekali lagi. Germany, Prussia dan Japan tersentak kaget.

“Hadiah Valentine!!? Ta-Tapi itu kan harus diberikan ke orang yang kita sayangi (baca: lawan jenis)!”

“Aku kan sayang kamu, Japan.”

Jawaban polos Italy membuat Japan diam terpaku dengan wajah memerah.

“Di-Dia...Dia yang wajahnya jauh lebih kaku dari West bisa dapat coklat dari Ita-chan!? A-Aku yang luar biasa ini....kalah telak!”

Prussia terduduk lemas dengan wajah yang tidak percaya dan aura suram langsung terpancar di sekitarnya. Germany hanya bisa terdiam saking bingungnya melihat dua hal yang aneh terjadi di depan matanya. Lalu Italy menghampiri mereka berdua dengan senyum gembira.

“Ini untuk Germany! Dan untuk Prussia juga ada!”

Italy menyodorkan dua kotak coklat beserta buket bunga ke Germany dan Prussia. Melihat itu, Prussia menjadi cerah kembali, aura suram tadi berubah menjadi cahaya terang seakan-akan matahari terbit lagi walaupun hari sudah sore.

“Benarkah ini untukku, Ita-chan!?”

“Iya.” Italy mengangguk, “ini untukmu, Germany.”

“Kamu itu ya!! Hadiah Valentine itu seharusnya ke orang yang paling kamu sayang saja! Bukan ke semua orang!” Kata Germany tegas.

“Tapi aku sayang semuanya! Karena itu aku memberi hadiah Valentine ke semua orang yang aku sayang! Aku juga kasih ke Nii-chan, Spain Nii-chan, France Nii-chan, Austria-san, Hungary-san, Poland, dan lain-lain!”

“Dasar...nanti bisa ada yang salah paham....”

“Ve? Ini kan hal biasa.”

“Hanya di rumahmu saja yang biasa!!”

“Ternyata...ternyata aku yang luar biasa ini juga dapat coklat di hari Valentine....Kesesesese!!! Aku memang luar biasa!!” Teriak Prussia sambil tertawa bangga.

“Sepertinya Nii-san senang sekali dapat coklat dari cowok...” Kata Germany pelan sambil melihat Prussia yang masih tertawa bangga, “lalu...kenapa pakai coklat?”

“Kemarin Hungary-san minta diajari cara membuat coklat. Katanya buat hadiah Valentine. Akhirnya aku juga buat untuk hadiah Valentine!” Jawab Italy dengan senyum khasnya.

“Ternyata begitu...” Kata Germany sambil menghela nafas.

Japan, yang akhirnya sadar kembali dari rasa kagetnya, mendekati Italy dan Germany.

“Te-Terima kasih, Italy-kun. Saya akan membalasnya di White Day nanti.”

“Ve? White Day?” Tanya Italy bingung.

“White Day adalah kebiasaan di rumah saya, dimana kita memberi hadiah balasan kepada pemberi hadiah Valentine.”

“Huwaaa~ Memangnya White Day itu kapan?” Tanya Italy senang.

“Tepat satu bulan setelah hari Valentine. Tanggal 14 Maret.” Jawab Japan.

“Asyik, dong! Berarti bulan depan aku dapat banyak hadiah! Germany dan Prussia kasih aku hadiah juga, ya!” Kata Italy semangat.

“Eh!? Aku juga? Ta-Tapi hadiah White Day seperti apa?” Tanya Germany bingung.

“Bisa apa saja. Karena yang lebih penting perasaan terima kasih kita, bukan bendanya. Itulah makna
White Day.” Jawab Japan sambil tersenyum kecil.

“Tenang saja, Ita-chan! Aku pasti akan memberikan hadiah yang luar biasa!” Kata Prussia dengan senyum bangga.

“Hore! Germany! Germany juga mau kasih hadiah White Day ke aku, kan?”

“I-Itu...Ka-Karena kamu sudah memberiku hadiah Valentine....Apa boleh buat! Akan kuberikan!” Jawab Germany sambil melaingkan wajahnya karena malu.

“Horeee! Kutunggu ya!”

Akhirnya mereka bertiga, dengan Prussia yang sudah berhenti tertawa, memakan coklat buatan Italy bersama-sama. Italy pun memakan kue yang sebenarnya dibawa Japan sebagai oleh-oleh untuk Germany.

Prussia pun tidak merasa bosan lagi di ruangan itu. Mungkin karena ada Italy di situ? Atau karena coklat buatan Italy? Karena coklat buatan Italy membuat Germany dan Japan tersenyum senang. Siapapun yang memakan coklat buatan Italy pasti merasa senang, karena dia memberi seluruh perasaannya di setiap coklat buatannya.

THE END

16-02-2011

Author note: Aku membuat cerita ini dengan setengah ketawa. XD Sebenarnya cerita ini pernah aku buat drabble-nya tahun lalu. Tapi yang ini versi bedanya. ;p

Perasaan yang ingin aku sampaikan di sini adalah rasa bahagia. Coklat yang dibuat Italy memberi
kebahagiaan pada semua orang. :D




Februari, adalah akhir dari musim dingin. Karena itu salju pun tidak menumpuk banyak seperti dia awal musim dingin. Namun tidak di rumah Russia, akhir musim dingin ini rumahnya malah diterpa badai salju dahsyat. Walaupun di musim apapun di rumah Russia juga tidak ada bedanya, tetap dingin.

“Huwaa. Badai saljunya kencang sekali. Mudah-mudahan rumah ini tidak ikut terbang.” Kata Russia yang sedang melihat badai salju dari jendela sambil tersenyum.

“Ja-Jangan bicara seperti itu, Russia-san! Kalau rumah ini terbang, bisa gawat!” Kata Lithuania panik.

“Atau mungkin kamu yang dibawa terbang, Lithuania.”

Lithuania berteriak ketakutan menganggap serius perkataan Russia. Badai saljunya semakin kuat, sampai pada akhirnya jendela menjeblak terbuka dan membuat angin kencang dengan salju masuk ke dalam rumah. Russia dan Lithuania berusaha menahan badai salju yang menerpa mereka. Namun tidak lama kemudian anginnya mereda.

Keadaan di rumah Russia menjadi kacau. Banyak salju bertebaran dan barang-barang berjatuhan. Lithuania hanya terduduk lemas dengan tubuh dipenuhi salju.

“Haaahh...untung aku tidak terbawa badai salju....” Lithuania menghela nafas lega, “Ah! Russia-san! Anda baik-baik saja?”

Lithuania menggosok matanya dan mencari Russia. Dan ternyata Russia masih berdiri tegap tanpa bergeser sedikit pun. Namun ada yang aneh, Lithuania menatap Russia dengan bingung. Tubuh Russia dipenuhi dengan salju, tapi bukan itu yang aneh.

“A-Anu...Russia-san....Syal anda....mana?”

Russia pun dari tadi terdiam melihat syal yang selalu terlilit di lehernya menghilang. Padahal sebelum badai salju menerpa mereka, syal itu masih ada.

“Jangan-jangan...terbawa badai salju tadi!”

Russia menatap jendela yang terbuka dengan alis berkerut. Lalu dia berlari keluar. Lithuania berusaha memanggil tapi Russia sudah lari menjauh.

“Seram....kalau Russia-san berwajah serius sangat seram...haaahh...aku harus membereskan ruangan ini sendirian karena Estonia dan Latvia lagi pergi....” Kata Lithuania pelan sambil setengah menangis.

Sementara itu Russia terus nerlari di tengah padang salju yang luas. Apalagi turun hujan salju, membuat daya pandang menjadi pendek.

“Ini gawat! Syal itu terbang ke mana? Kalau sampai hilang...”

Tiba-tiba Russia merasa mendengar sesuatu yang mengerikan, tapi dia pura-pura tidak mendengarnya dan terus mencari syalnya. Namun makin lama suara itu makin mendekat.

“....Nii....saaan.....”

Russia menoleh ke belakang dengan gelisah. Di kejauhan sana, terlihat bayangan yang sedang mendekat. Makin lama bayangan itu semakin mendekat. Russia makin takut dan setelah bayangan itu terlihat sosoknya, Russia langsung lari. Memangnya bayangan itu apa? Tentu saja dia adalah adik Russia, Belarus. Siapa lagi yang bisa membuat Russia lari ketakutan.

“Nii-san! Kenapa Nii-san lari dariku!?” Kata Belarus dengan nada menakutkan.

“Kamu sendiri kenapa mengejarku!?”

“Waktu aku lihat Nii-san lari, kupikir Nii-san mau menyiapkan acara pernikahan kita berdua.”

“Kenapa kamu berpikir begitu!? Aku bukan mau menyiapkan acara pernikahan! Jangan kejar aku!”

Tapi Belarus tidak peduli, dia terus mengejar Russia. Pria bermata violet itupun mempercepat larinya. Setelah lari cukup lama dengan kecepatan tinggi, Russia berhenti karena kelelahan. Nafas Russia tersenggal-senggal. Hujan salju pun juga ikut berhenti.

“Capek...” Russia mengelap wajahnya yang basah karena keringat dan salju, “sepertinya Belarus tidak mengejar lagi. Jejak kakiku pun tertutup salju karena hujan tadi. Dia tidak akan menemukanku di sini.”

Russia menghela nafas lega, namun dia menyadari ada sesuatu yang salah.

“Akh! Aku kan lagi mencari syalku yang terbang! Sekarang syalnya ada di mana!??”

Russia pun panik dan kebingungan mencari syalnya. Sementara itu Belarus pun juga mencari kakaknya, namun takdir berkata lain. Karena belarus hanya ditakdirkan bertemu dengan syal Russia yang tersangkut di dahan pohon.

“Gara-gara hujan salju terkutuk aku jadi terpisah dari Nii-san. Dan karena syal ini juga aku kira Nii-san ada di sini. Padahal aku mau menyerahkan coklat Valentine yang sudah kubuat dengan penuh cinta kepada Nii-san. Apa Nii-san sengaja meninggalkannya di sini? Tapi itu tidak mungkin. Karena...”

Belarus terdiam. Dia meliat syal itu dengan tatapan kesal.

Karena syal pemberian Nee-san itu sangat disayangi Nii-san....

“Huh. Pasti karena kamu menjadi penghalang cinta antara aku dan Nii-san kamu bernasib seperti ini, syal terkutuk! Aku sumpahi kamu terus di pohon itu sampai kiamat!”

Belarus berjalan pergi, lalu berhenti. Dia menoleh ke syal itu sekali lagi.

Tadi Nii-san berlari sebelum aku kejar. Apa dia mencari syalnya? Kalau syal itu tidak ada....seandainya syal itu tidak pernah ada...

Belarus berbalik. Dia mengantongi bungkusan coklatnya dan mulai memanjat ke atas pohon. Pohon itu cukup tinggi dan agak licin, sulit bagi Belarus untuk memanjatnya. Namun dengan kekuatan tekad yang membara, Belarus sampai di batang pohon dimana syal itu tersangkut.

“Baiklah syal terkutuk....aku akan membawamu ke pemilikmu!”

Belarus merayap pelan di batang pohon yang agak besar itu. Ketika sudah agak sampai dia mengulurkan tanganya untuk menggapai syal itu.

“Nii-san selalu bilang kalau syal itu mengingatkannya dengan Nee-san makanya dia selalu memakainya....Nii-san pun jauh lebih menginginkan Nee-san daripada aku....kalau syal itu tidak ada Nii-san akan sedih dan terus mengejar Nee-san. Aku tidak mau melihat Nii-san sedih lagi... Karena itu...! Aku tidak akan membiarkanmu membuat Nii-san sedih!!”

Akhirnya Belarus berhasil menggapai syal itu. Namun tubuhnya tergilincir dan Belarus pun meluncur ke bawah dengan suara keras.

“Aduh... pantatku sakit...” Keluh Belarus sambil mengelus pantatnya.

Ketika Belarus masih mengelus pantatnya yang sakit, dia melihat coklat yang ada di kantongnya hancur berantakan. Belarus melihatnya dengan kecewa.

“Belarus...?”

Tidak jauh di depan Belarus, berdiri Russia yang melihatnya dengan bingung.

“Nii-san...Ke-Kenapa Nii-san ada di sini!?” Tanya Belarus bingung dan panik.

“Aku sedang mencari syalku dan tiba-tiba aku mendengar suara keras. Ah! Itu syalku!”

Mata Russia tertuju ke tangan Belarus yang memegang syal panjang. Russia terlihat senang syalnya ditemukan kembali, namun Belarus hanya terdiam.

Daripada coklat huatanku, mau itu hancur atau tidak, Nii-san pasti lebih senang syalnya kembali...coklat ini tidak ada gunanya lagi...sama sekali tidak ada gunanya....

“Ini memang kutemukan demi Nii-san.” Kata Belarus sambil menyerahkannya ke Russia.

“Wah. Terima kasih, Belarus.” Russia memakai syalnya kembali, “lalu, kamu temukan di mana?”

“A-Aaaahh itu...kutemukan jatuh dari atas pohon!”

Russia menatap Belarus dengan bingung karena ada yang aneh. Belarus pun hanya menunduk dengan panik. Tapi kemudian Russia tersenyum.

“Kalau begitu, ayo kita pulang. Di luar semakin dingin.”

“Iya...”

Belarus ingin berdiri tapi dia merasakan sakit pada kakinya. Seperinya kakinya terkilir saat terjatuh tadi.

“Kenapa, Belarus?”

“Ti-tidak apa-apa! Nii-san pulang saja duluan, aku masih mau di sini.”

“Heh? Mau apa kamu di sini?” Tanya Russia bingung.

Belarus tidak bisa menjawab, dia tidak bisa mengatakan kalau kakinya terluka. Namun tiba-tiba Russia jongkok di depannya membuat Belarus kaget.

“Kakimu terluka ya? Yang tadi jatuh kamu juga kan?”

Belarus terkejut mendengar pertanyaan Russia. Lagi-lagi dia menunduk, tidak menjawab apa-apa. Namun kemudian, Belarus berbalik bertanya.

“Darimana Nii-san tahu?”

“Karena kamu adikku.” Jawab Russia sambil tersenyum, “nah, kamu aku gendong saja ya. Lebih baik kita segera pulang dan mengobati kakimu.”

Belarus melihat senyum kakaknya Dia tidak tahu mau bereaksi apa, tapi kata-kata kakaknya membuatnya senang.

“Bagaimana kalau gendongan sang pangeran ke sang putri saja, Nii-san?” Pinta Belarus dengan nada memohon.

“Tidak. Kamu naik punggungku saja.” Tolak Russia tegas.

Belarus pun naik ke punggung Russia yang lebar. Lalu Russia berdiri mulai berjalan menuju rumah mereka.

Mereka berdua terdiam, hanya ada suara kaki Russia yang menginjak salju yang tebal. Belarus menatap kakaknya dari belakang, ingin bertanya sesuatu, tapi tidak berani. Lalu dia mulai memberanikan dirinya untuk bicara.

“Nii-san...”

“Hm?”

“Nii-san lebih mencintai Nee-san atau aku?”

“Hah? Cinta?” Russia tersentak kaget mendengar pertanyaan Belarus. Dia berpikir sebentar lalu menghela nafas pendek.

“Kalian berdua adalah saudaraku yang berharga. Tentu saja aku mencintai kalian sebagai saudaraku. Aku sangat senang kalian berdua adalah saudaraku.” Kata Russia sambil tersenyum.

“Benarkah?” Tanya Belarus agak senang.

“Iya. Seandainya kalian tidak pernah bersikap aneh aku akan jauh lebih bahagia lagi.”

“Kalau begitu, kalau aku menambah rasa cinta Nii-san padaku, apa Nii-san mau menikah denganku?” Tanya Belarus demgan nada menakutkan.

“I-itu tidak ada hubungannya!”

Belarus mendekap leher Russia dari belakang. Russia sedikit kaget, mengira Belarus akan mencekiknya dan memaksanya menikah. Namun ternyata Belarus tidak melakukannya.

“Oh iya. Tadi kamu menyembunyikan apa?” Tanya Russia lagi.

“Eh!? Kok Nii-san bisa tahu lagi!?” Kata Belarus kaget.

Russia hanya tersenyum sambil menoleh ke Belarus yang ada di belakanganya. Belarus bersemu merah. Dia pun menceritakan semuanya pada Russia. Setelah mendengar semuanya Russia hanya tersenyum.

“Ya sudah kita makan saja.”

“Eh!? Tapi kan sudah hancur!”

“Memangnya kenapa? Kamu sudah membuatnya dengan susah payah. Bentuk tidak ada gunanya, yang terpenting kamu sudah membuatnya dengan sepenuh hati. Kita bisa makan bersama-sama di depan perapian yang hangat dengan segelas vodka.”

Mendengar kakaknya mau menerima coklatnya membuat Belarus ingin menangis, tapi dia menggelengkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya ke punggung Russia yang lebar dan hangat. Dia ingin menikmati saat-saat langka ini walaupun hanya sebentar. Belarus berharap dia bisa seperti ini lagi, bersama kakaknya yang dia cintai, suatu hari nanti.


THE END

19-02-2011

Author Note: Cerita yang dibuat dalam waktu 4 jam. XDD Rasa cintaku pada Russia membuatku semangat!

Sama seperti sebelumnya, walaupun ini cerita Valentine tapi sama sekali tidak romantis....

Perasaan Belarus ke Russia yag terlalu kuat memang menakutkan, tapi kalau dilihat dari sudut pandang
berbeda bisa jadi hal yang manis untuk dilihat. XDDD




Perasaan yang ingin kusampaikan di sini adalah rasa cinta persaudaraan. :)

Save And Share :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar:

Posting Komentar

back to top