England Menghilang
CHAPTER 02
CHAPTER 02
Characters: France, America, Japan, Germany, Italy, Austria, Hngary, Spain, Prussia, Seychelles
Rating: K
Words Count: 3.132
Warning: None
Disclaimer: All characters belong to Himaruya Hidekaz
Summary: England menghilang secara misterius dan akhirnya France diangkat menjadi ketua komite World Academy.
World Academy, sebuah sekolah untuk para personifikasi negara agar mereka dapat mengenal beberapa negara satu sama lain. Seperti sekolah biasa pada umumnya, sekolah ini mempunyai komite yang diketuai oleh England dengan anggota 8 negara besar.
Namun, itu dulu, pagi ini semuanya jadi berubah. Ketua komite dengan secara sepihak dari kepala sekolah dijabat oleh France karena England menghilang secara misterius. Tidak hanya itu. Sejak England menghilang, America jadi tidak bersemangat dan uring-uringan, Germany yang selalu rajin harus bolos pelajaran untuk mencari England. Tapi Italy sangat menikmatinya karena dia senang bisa bolos.
Semua salah England. Itulah yang ada dipikiran France. Tapi, akhirnya dia menyadari kalau dirinya, mungkin, penyebab menghilangnya England.
“France! Kamu dengar kata-kataku, tidak!?” Kata Austria yang kesal melihat France melamun.
France tersentak kaget dan jadi sedikit bingung, namun kemudian dia hanya mengangguk pelan. Melihat suasananya sedikit tidak enak, Hungary mencoba mencairkan suasana.
“Sudahlah, Austria-san. Lebih baik kita bantu mereka membereskan berkas yang berantakan ini agar pekerjaan mereka bisa cepat selesai.” Kata Hungary sambil mengambil beberapa kertas di lantai.
Austria hanya menghela nafas dan membantu mengambil kertas-kertas yang berantakan.
“Kalian harus lebih hati-hati dengan dokumen-dokumen ini. Semua ini menyangkut seluruh siswa yang ada disini. Ingat itu.”
Melihat itu, France dan America pun ikut membantu dalam diam. Memang sudah seharusnya mereka membereskan karena semua itu salah mereka sendiri. Kejadian yang terjadi tiba-tiba secara beruntun membuat mereka bingung, terutama bagi France.
****
“Nah sudah selesai!” Ucap Hungary sambil meletakkan tumpukan kertas terakhir ke atas meja.
Semua kertas yang berserakan sudah tertata rapi kembali dan juga tumpukannya tidak setinggi semula, tapi sudah dibagi-bagi lagi agar mudah diambil. Semua itu berkat ide dari Austria.
“Kalau begini kalian bisa mudah mengambil kertasnya. Walaupun begitu jangan diambil dari bawah lagi. Mengerti?”
“Iya iya. Terima kasih kalian mau membantu.” Kata France pelan, “lalu, kalian kesini karena ada perlu, kan?”
“Ah iya, itu benar. Kami kesini mau meminta daftar jadwal acara di festival kebudayaan nanti. Karena kami harus memasang pengunguman untuk para siswa di asrama.” Jawab Hungary.
“Dan itu tugas kami sebagai ketua asrama.” Lanjut Austria.
France terdiam. Dia menggaruk pipinya dan menatap mereka berdua ke atas sambil tersenyum bingung.
“Jangan bilang kamu tidak tahu….?” Kata Austria sambil menatap tajam France.
“Hei! Aku baru beberapa menit jadi ketua disini. Aku tidak tahu apa-apa”
“Kamu anggota komite, kan? Seharusnya kamu tahu tentang dokumen kecil seperti itu, dasar bodoh!”
“Y-Yah…mungkin Japan tahu soal itu. Nanti aku tanya kalau dia kembali.” Kata France mencoba berkelit tapi Austria sudah terlanjur kesal. Hungary pun mencoba menenangkannya.
“Ya sudah kalau kamu tidak tahu. Tapi tolong segera beritahu kami karena festival budaya tinggal seminggu lagi.”
Setelah mengatakan itu, Hungary mengajak Austria yang masih kesal keluar dari ruangan. France menghela nafas lega. America masih tidak komentar apa-apa. Dia mengambil salah satu tumpukan kertas dan mulai mengerjakan pekerjaannya. France tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wah. America kenapa jadi rajin begini…anak itu kenapa ya? Apa dia lagi marah? America kalau lagi marah agak mirip England sih. Yah selama dia tidak buat kacau mungkin aku diamkan saja dulu.
France juga menuju mejanya yang baru. Meja ketua yang biasa ditempati England. Semua orang pasti senang bisa menjadi ketua semudah ini. Tapi bagi France hal ini sangat merepotkan. Apalagi melihat tumpukan kertas yang banyak di depan matanya, dia sudah ogah-ogahan. Namun semua sudah terjadi dan France mulai menerima nasibnya. Laki-laki berambut pirang sebahu ini mencoba bersikap sebagai seorang ketua dan mulai mengambil pulpen dan kertas dengan semangat.
Hingga akhirnya, siang hari….
“Ya ampun!!! Sudah 6 jam aku duduk menandatangani semua kertas ini, tapi kenapa nggak habis-habis sih!!!!? Aku heran sama si alis tebal itu kok bisa-bisanya dia tahan kerja kayak gini seharian!!” Teriak France frustasi.
France merebahkan tubuhnya diatas meja. Dia melirik ke America dan laki-laki berkacamata itu duduk dengan menopang kepala dengan tangannya. Tangan yang satu lagi terlihat sibuk menulis sesuatu.
Anak itu kerasukan apa sih? Dia jadi mirip England…apa aku benar-benar dikutuk dan akhirnya aku melihat America seperti England? Aaaahh…pusing! Aku capek…lapar…jam segini pasti makanan di kantin udah habis….
France terus mengeluh dalam hatinya, sampai pada akhirnya terdengar suara pintu terbuka. Laki-laki berjenggot tipis itu tidak bergeming melihat siapa yang datang. Pekerjaan barunya sebagai ketua membuat jiwa dan raganya lelah, padahal dia hanya mencap dan menandatangani dokumen-dokumen.
“Walaupun jadi ketua sikapmu tidak berubah juga France. Kesesesese.”
“Padahal tadi pagi dia sempat lesu. Kukira dia tidak suka jabatan ini….”
“Hei, siapapun pasti ingin jadi ketua karena hal itu sangat luar biasa.”
Mendengar suara yang dikenalnya, France langsung mengangkat kepalanya. Dia menatap heran dua orang yang sangat dikenalnya ada di depan mejanya sekarang.
“Prussia…? Spain…? Ngapain kalian disini?”
“Heee! Jadi kami tidak diharapkan disini? Padahal aku sangat khawatir dan ingin memberi semangat….” Kata Spain kecewa.
“Aku tarik kata-kataku tadi deh. Ternyata sifatmu jadi kayak si alis tebal yang sinis. Mungkin sebentar lagi kamu jadi workaholic juga.”
“Hei, aku kan cuma nanya! Lagipula sekarang ada kelas, kan?”
“Kamu kayak nggak tahu kita aja!” Jawab Prussia sambil tertawa. Spain pun juga ikut tertawa dengan polos.
“Lalu kamu mau menegur kami sebagai ketua?” lanjut Prussia dengan wajah menyeringai.
“Aku nggak akan melakukannya kok.” Jawab France sedikit kesal sambil menegakkan tubuhnya ke kursi, “aku nggak seperti adikmu atau alis tebal sialan yang ketat peraturan.”
“Oi! Jangan bawa-bawa West disini! Tapi…ngomong-ngomong soal West, dia juga bolos karena mencari England.”
“Ita-chan juga.“ Sambung Spain dengan nada ceria, “tadi Ita-chan dan Germany sempat menanyai aku dan Romano soal England. Tapi Romano hanya berkata kasar ke Germany.”
“Kamu tahu sesuatu?” Tanya France penasaran.
“Eh? Soal England? Kami sama sekali nggak melihatnya kemarin. England memang jarang terlihat sih.”
France terlihat kecewa. Spain pun jadi merasa tidak enak, lalu dia pun buru-buru menyerahkan kantung plastik yang dibawanya.
“Hei France. Ini kami bawakan sesuatu. Kamu pasti belum makan siang, kan?”
“Jadi kalian bawa makanan untukku?” Kata France dengan mata berbinar yang penuh dengan cahaya harapan melihat kedua temannya.
Sambil menahan air mata saking terharunya, France membuka bungkusan yang diberikan Spain, yang ternyata isinya adalah….
Sepotong Roti. Hanya sepotong roti tanpa isi maupun olesan keju, krim atau semacamya. Roti polos yang membuat France terperangah beberapa menit melihatnya.
“Ini…saja…?”
“Ya cuma ini saja. Memangnya kamu mengharapkan apa di kantin jam segini?”
“Be-Begini France. Tadi kami memang mau membawakanmu makan siang, tapi aku dan Prussia ngobrolnya kelamaan jadi tanpa sadar makanan di kantin pun sudah habis….” Kata Spain mencoba meluruskan.
France tidak merasa senang dengan pembelaan dari Spain. Tapi mau tidak mau, dia mengambil roti itu dan memakannya. Spain tersenyum lega melihatnya, begitu juga Prussia.
“Nah, sekarang! Kita ke pokok permasalahan!” Seru Prussia tiba-tiba.
France menatap Prussia dengan heran. Dia pun melirik ke Spain, tapi Spain hanya menggeleng tidak mengerti.
“Aku ingin kamu menyetujui klub ‘The Awesome Me!’ di World Academy!” Teriak Prussia dengan bangga.
“Ah! Kalau begitu, aku juga mau kamu menyetujui perluasan lahan klub kebun yang pernah aku ajukan ke England! Ya, France?”
France tercengang kaget melihat Spain juga ikut-ikutan. Mereka meminta sesuatu yang selalu ditolak komite. Permintaan Prussia, jelas langsung ditolak mentah-mentah oleh England dan permintaan Spain juga tidak diizinkan dengan alasan lahan klub berkebun sudah terlalu luas. Mereka berdua selalu mengeluhkan hal itu, karena itu France mengerti kenapa mereka mencuri kesempatan selagi dirinya menjadi ketua.
“…Maaf…aku cuma ketua sementara disini. England yang memutuskan dan sekarang dia…tidak ada disini….” Jawab France pelan.
Suasana menjadi hening setelah France terdiam. Dia tidak berani melihat wajah temannya yang kecewa, karena itu France menatap ke lantai. France merasa heran dengan apa yang dia katakan barusan. Padahal dengan gampangnya dia bisa mengatakan ‘iya’, tapi dia tidak bisa mengatakannya. Sementara France masih bingung, Spain dan Prussia berusaha menahan tawa. Tapi mereka tidak bisa menahannya lagi, akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak. France pun menjadi semakin bingung dan sedikit kesal.
“Aku benar-benar nggak nyangka kamu bisa seserius itu, France.” Kata Prussia yang berusaha menahan tawa.
“Permintaan kami sudah sering ditolak jadi sudah biasa. Kamu nggak usah merasa bersalah.” Lanjut Spain.
“Kalian itu ya….!”
France merasa lemas. Dia kembali duduk ke kursinya sambil menghela nafas.
“Kamu mengkhawatirkan si alis tebal itu sampai segitunya ya?”
Perkataan Prussia membuat France tersentak kaget. Ingin menyangkal tapi melihat cengiran Prussia, France tidak bisa membantah.
“Soalnya terakhir kali aku bicara, tepatnya bertengkar dengannya, dia mengatakan sesuatu yang aneh. Lalu dia menghilang begitu saja, sekan-akan aku yang menyebabkan dia pergi. Tentu saja aku jadi kepikiran.”
“Jadi begitu. Tenang saja! England pasti kembali kok.” Ucap Spain sambil tersenyum, “walaupun aku lebih senang dia tidak usah kembali.”
“Kalau kamu nggak mau jadi ketua, aku yang luar biasa ini akan menggantikan kok.”
“Hei hei. Kalian jangan ngomong begitu….”
“Ngomong-ngomong France, apa tidak apa-apa tuh dia dibiarkan tidur?” Tanya Spain sambil menunjuk America.
“Apa!? Sejak kapan dia tidur!??” Kata France kaget sambil menoleh ke America.
“Dia sudah tidur sejak kami datang kok.” Jawab Prussia.
“Jadi dari tadi dia tidur!? Padahal kukira dia melakukan pekerjaannya dengan serius….”
“Mana mungkin dia bisa serius.” Kata Spain santai sambil tersenyum, ”mau kubangunkan dengan Oyabun knee attack?”
“Bukannya lebih cepat dengan ini?” Ucap Prussia sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Kalian jangan gunakan kekerasan dong! Aku ini penentang kekerasan!”
“Kami cuma bercanda kok. Nah kami pergi dulu ya, ketua.”
“Nanti kami mampir lagi. Lebih baik kamu santai saja, France.”
Melihat mereka pergi keluar, France mengeluh nafas panjang. Dia menoleh ke America yang ternyata sedang tidur. France mendekati America dan melihat wajah America yang tertidur nyenyak. Laki-laki berambut pirang sebahu itu heran melihat America tetap tidur walaupun tadi berisik. Perhatian France pun tertuju pada kertas yang ditulis laki-laki berkacamata itu. Alis France langsung mengerut melihat isi kertasnya. Ternyata America bukan mengerjakan pekerjaannya tapi menulis hal-hal tidak penting.
Dia menulis nama makanan semua…apa dia lapar? Biasanya kantung bajunya penuh dengan makanan. Hmm? Dibawahnya bukan nama makanan sepertinya….
France menarik pelan-pelan kertas itu agar America tidak terbangun. Setelah terambil France, membaca tulisan kecil yang ada di bawah.
“Kesal! Kesal! England bodoh! Kenapa kamu nggak marah!?” France membaca pelan tulisan yang ada di kertas, ”hah? Dia ingin England marah? Kamu ini masochist ya? Padahal walaupun nggak ada alis tebal itu kan masih ada aku---”
Belum selesai France berkomentar, tiba-tiba kertas itu melesak tepat di mukanya. Ada yang meninju wajahnya, hal itu membuatnya terjungkal.
“Kenapa kamu menonjokku!!?” France berteriak kesal sambil bangun.
“Karena kamu mengatakan sesuatu yang membuatku merinding….” Jawab America cuek.
“Ternyata kamu sudah bangun ya…atau sebenarnya kamu nggak tidur?” Tanya France sinis karena masih kesal.
“Aku tidur kok. Karena lapar makanya aku bangun.” Ujar America sambil berjalan menuju pintu, “Aku pergi dulu, mau makan.”
“Hei tunggu…!”
Peringatan France tidak didengar America dan dia pun pergi begitu saja. France terduduk lemas menatap pintu yang sudah tertutup. Tapi tidak lama kemudian pintu terbuka lagi. France mengira America kembali lagi, namun yang masuk adalah seorang gadis berkulit kecoklatan.
“Sey!?” Kata France kaget.
“Kenapa France-san duduk di lantai? Wajahmu juga memerah! Ada apa?” Tanya Seychelles khawatir.
“Tidak apa-apa kok. Ini cuma gara-gara bocah yang lagi ngambek.” Ujar France sambil menunjuk bagian wajahnya yang ditonjok.
Awalnya Seychelles merasa bingung, tapi kemudian dia tersenyum melihat France yang baik-baik saja. Dia pun mengulurkan tangannya membantu France untuk bangun.
“Kita keluar yuk. France-san belum makan kan? Ini kubawakan makanan.”
“Kenapa kamu tahu aku belum makan?” Tanya France sambil meraih tangan yang diulurkan Seychelles.
“Spain-san dan Prussia-san bilang kamu tidak sempat makan karena sibuk, jadinya aku buru-buru buat makanan.” Jawab Seychelles sambil tersenyum.
Ternyata mereka memang sengaja ya….
Sebelum keluar France menatap tumpukan pekerjaan yang masih menumpuk, tapi baginya masalah perut lebih penting. Mereka berdua pergi menuju taman yang dipenuhi bunga dan pepohonan yang asri dan indah. Sangat cocok jadi tempat makan siang yang nyaman, apalagi suasana sedang sepi karena murid-murid masih di kelas.
“Oiya Sey, kamu bolos?”
Seychelles yang sedang menyiapkan makanan jadi berhenti sejenak. Wajahnya menunduk dan langsung terpancar aura suram. France jadi panik dan mengatakan tidak apa-apa kalau Seychelles bolos. Seychelles sedikit mengangkat wajahnya, terlihat raut mukanya yang menyesal tapi langsung ceria kembali. Mereka berdua pun makan sandwich buatan Seychelles bersama-sama.
“Kenyang!!” Teriak France setelah menelan potongan sandwich terakhir miliknya, “aku lebih suka begini daripada duduk seharian mengerjakan pekerjaan yang membosankan.”
“Apa sebegitu membosankannya?”
“Sangat! Aku jadi heran bagaimana England bisa senang kerja seperti itu.”
“Selain itu dia juga suka menyuruh-nyuruh seenaknya tanpa tahu kesibukan orang!” Teriak Seychelles tiba-tiba, “Mungkin dia pikir kalau tidak kerja atau nyuruh orang alisnya bakal rontok! Padahal lebih bagus kalau dia nggak punya alis!”
France kaget melihat Sychelles berdiri dan berteriak kesal. Dia mencoba menenangkan, gadis berkuncir dua itu pun merasa malu dan duduk kembali. France mengerti kenapa gadis itu kesal Karena dia sering diperbudak England.
“Walaupun begitu, sebenarnya aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan dengan cepat, memberikan rincian jadwal festival atau memenuhi permintaan dari para murid. Aku mencoba melakukan seperti yang England lakukan tapi aku jadi capek sendiri.”
“France-san memang tidak cocok jadi ketua komite.”
Pernyataan yang jujur dan langsung dari Seychelles menusuk hati France. Sebenarnya Seychelles tidak bermaksud jahat dia cuma mengutarakan apa yang ada dihatinya saja.
“Soalnya…France-san jadi tidak seperti biasanya. Rasanya jadi sepi….”
Walaupun Seychelles tidak menatap France sewaktu mengatakannya, tapi France mengerti. Dia mengelus kepala Seychelles dengan lembut.
“Terima kasih. Akhirnya aku mengerti apa yang harus aku lakukan.”
Seychelles menoleh melihat France yang tersenyum padanya. Senyum yang hangat dan lembut itu membuat Seychelles ikut tersenyum senang.
“Apa yang kamu mengerti, F-R-A-N-C-E!!!?”
France merinding ketakutan mendengar suara yang berat dan menakutkan dibelakangnya. Laki-laki berjanggut tipis itu pun berdiri dan membalikkan badannya pelan-pelan.
“Apa yang kamu lakukan disini, bodoh!!” Bentak Germany sambil menarik kerah baju France.
“Eeeehh! Aku capek dan lapar jadinya aku refreshing dulu….”
“Waktu kami datang ke ruang komite, Japan terlihat pucat dan lemas! Dia jadi syok berat melihat ruangan kosong dan semua pekerjaan masih belum selesai! Sekarang Italy lagi menenangkan Japan agar dia tenang.”
“Iya iya. Aku minta maaf.” Pinta France dengan nada memohon.
“Percuma minta maaf padaku!” Keluh Germany sambil melepas France, “dasar kalian ini…baru ditinggal sebentar, kalian malah pacaran!”
“Hah? Kamu sudah menemukan America?”
Dengan cemberut kesal, Germany menunjuk America yang juga terlihat kesal di belakangnya.
“Heh! Ternyata kamu jadi mirip Nii-san ini ya. Kalau gundah akan mencari bunga yang indah sebagai tempat pelarian. Sayangnya bunga berwarna platinum yang kamu incar itu terlalu menakutkan untukku.” Sindir France dengan nada menggoda.
“Berisik! Jangan ngomong sembarangan!!” Kata America kesal.
“Sudah! Cukup bercandanya! Sekarang kita kembali ke ruangan komite!”
France dan America mengiyakan dengan lemas. Sebelum pergi France mengedipkan matanya sambil tersenyum ke Seychelles. Wajah gadis itu spontan memerah karena malu. France jadi tertawa kecil lalu dia melambaikan tangannya.
****
Di dalam ruang komite, Japan menerawang dengan tatapan kosong. Ternyata melihat ruangan kosong yang masih dipenuhi dokumen-dokumen terlantar membuat hatinya sangat terpukul. Walaupun France sudah berkali-kali minta maaf, Japan masih merasa syok.
“Oi, Japan. Aku sudah minta maaf, kan. Jangan diam saja dong…” Bujuk France, “America! Kamu ikut minta maaf dong!”
America tidak mendengarkan sama sekali, tepatnya dia pura-pura tidak mendengarkan sambil makan hamburger di mejanya. Germany dan Italy yang duduk di samping Japan pun belum berhasil membujuk laki-laki itu untuk bicara.
“Italy, apa Japan benar-benar belum bicara dari tadi?”
“Belum…Japan tetap diam dengan tatapan kosong sampai kamu kembali, Germany.”
“Sebenarnya….”
Setelah sekian lama, terdengar suara dari laki-laki berambut coklat itu. Mereka yang hampir putus asa membujuknya pun terkejut. Mereka ingin bertanya tapi menahannya karena menunggu Japan selesai bicara. Tatapan Japan tidak kosong lagi, tapi sorotan matanya begitu sedih.
“Sebenarnya, saya syok bukan karena salah France-san dan America-san. Tapi…karena saya sendiri belum mengerjakan pekerjaan saya sendiri.…”
“Boleh kutahu kenapa?” Tanya Germany.
“Saya…saya mengkhawatirkan England-san. Sampai sekarang dia belum kembali. Karena itu saya mencoba mencarinya.” Kata Japan pelan dengan wajah tertunduk.
“Jadi kamu kecewa karena tidak menemukan England?”
Japan mengiyakan pertanyaan France. Laki-laki itupun hanya menghela nafas. Pernyataan Japan membuat semua orang diruangan itu terheran-heran. Karena Japan sangat rajin mengerjakan pekerjannya. Tapi situasi kali ini memang berbeda.
“Kalau begitu, ayo kita cari England sama-sama!”
Kali ini pernyataan France yang membuat semua orang membelalakan matanya. Dan sekarang Germany memprotes keras.
“Apa-apaan kamu, France!? Kamu mau menelantarkan pekerjaan disini?”
“Aku tidak suka melakukan pekerjaan membosankan. Karena itu, aku mau mencari si alis tebal itu biar dia sendiri yang mengerjakan semua ini!”
Sekarang France melupakan rasa takutnya ke Germany. Dia sudah memutuskan melakukan hal yang harus dilakukan dari awal. Menemukan England secepatnya.
“Lagipula sekarang aku ketua disini. Jadi kamu harus menuruti perintahku!”
Germany mengerutkan dahinya, dia tidak menyangka France akan melawan dengan serius dan tegas.
“France-Niichan benar, Germany. Semakin banyak orang yang mencari lebih baik. Apalagi keadaan sepertinya semakin buruk….”
“Apa? Apa maksudmu, Italy-kun?” Tanya Japan bingung.
Germany dan Italy saling bertatapan. France dan America menjadi gelisah melihat suasana yang semakin tidak enak.
“Hei, katakan sesuatu!” Kata America kesal, “kalian mendapat petunjuk soal England, kan?”
France menatap Germany dengan khawatir. Dari tatapannya Germany tahu kalau France bertanya hal yang sama.
“Baiklah. Tapi sebelumnya aku mau menceritakan kronologis penyelidikan kami.” Ujar Germany sambil bangkit dari bangku.
“Jangan pakai basa-basi! Langsung saja!” Teriak America kesal.
“Diam dan dengarkan saja!” Balas Germany tegas. Mendengar bentakan Germany America langsung terdiam tapi dia langsung merengut kesal. Sebelum melanjutkan Germany berdehem pelan.
“Setelah pengunguman tadi pagi, kami bertanya ke hampir semua murid. Tapi tidak ada satupun yang menghasilkan petunjuk, walapun Russia mengatakan sesuatu yang aneh. Lalu kami pun mengelilingi sekolah hasilnya juga nihil. Sampai…kami menemukan itu.”
Suasana pun semakin tegang. Germany meminta Italy mengambil sesuatu yang langsung dijwab Italy dengan anggukan pelan. France, America dan Japan semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
“Sebenarnya aku mau memberitahukan sesuatu penting. Tapi waktu kami datang kesini, keadaan sedang kacau. Jadi aku menunggu sampai suasananya tenang.”
“Ini, Germany.” Kata Italy sambil menyerahkan kotak kecil berwarna coklat.
“Ini kami temukan di tempat penanaman pohon baru klub berkebun. Sepertinya karena hujan deras kemarin lubangnya jadi membesar. Kami sempat tidak sadar karena semuanya terendam lumpur.” Lanjut Germany.
“Ini…blazer seragam kita, kan?” Tanya France sambil melihat blazer berwarna biru yang dipenuhi lumpur, blazer itu juga terlihat sobek di sana-sini.
Germany mengangguk. Lalu dia meminta France dan Japan melihat isi kotak yang lain. Mereka berdua pun menurut. Begitu melihatnya mata mereka langsung terbelalak kaget. Germany yang sudah menduga reaksi mereka hanya menghela nafas dan langsung menjelaskan.
“Itu kartu pelajar England dan sepatu itu sepertinya punya England juga. Kalau mau disimpulkan blazer yang penuh lumpur dan sobek itu juga punya England.”
Yang membuat mereka terkejut bukan sepatu dan kartu pelajar yang dipenuhi lumpur, tapi sepatu itu ada bercak darah. Jika dilihat baik-baik pun blazer England juga terdapat bercak darah walaupun agak samar karena tercampur lumpur. America yang melihat dari jauh pun ikut kaget. Laki-laki berkacamata itu langsung gelisah, hamburger yang dipegangnya pun jadi jatuh ke lantai.
Kukira England kabur karena marah padaku…apa yang sudah terjadi padanya?!
“Tadi kamu bilang Russia mengatakan sesuatu yang aneh. Dia bilang apa?” Tanya France yang berusaha bersikap tenang.
“Russia bilang sekitar jam dua siang kemarin, dia melihat England dan America bertengkar di koridor dekat ruangan komite. Benar kan, America?” Tanya Germany sambil menatap America yang dari tadi gelisah. Semuanya pun juga menatap America membuat laki-laki berkacamata itu semakin gelisah.
TO BE CONTINUED
Aku sadar kalau France OOC banget…tapi aku ingin sekali-kali membuat France keren XD apalagi akhir2 ini Himaruya-sensei pun menggambarkan France dengan serius. (lupakan event Christmas dan april fool sejenak /plaak) walaupun pingin ada sedikit dia berbuat mesum tapi malah gagal (kayaknya).
America juga agak OOC yah….tapi menurutku kalau dia ngambek memang kayak England XD soal ‘pacar’ yang disebut France adalah (insert female character Hetalia here) #dihajar
Tapi dari kata-kata France pasti kalian tahu siapa :p
Genre cerita ini humour dan misteri. Jadi menuju akhir memang agak serius. Kemana England dan kenapa dia menghilang akan terjawab di chapter berikutnya yang merupakan chapter terakhir ;) (mudah2an tidak begitu lama karena kehidupanku semakin sibuk oTL )
Chapter 3
Chapter 4 (End)
Chapter 1
Save And Share :
0 komentar:
Posting Komentar