Cari Blog Ini

Senin, 04 Juli 2011

[Fanfic-Hetalia] England Menghilang CH03

England Menghilang


CHAPTER 03

Characters: France, America, Japan, Germany, Italy, Russia, Switzerland
Rating: K
Words Count: 2.893
Warning: None
Disclaimer: All characters belong to Himaruya Hidekaz
Summary: England menghilang secara misterius dan akhirnya France diangkat menjadi ketua komite World Academy.

World Academy, sebuah sekolah untuk para personifikasi negara agar mereka dapat mengenal beberapa negara satu sama lain. Sekolah yang ceria dan damai itu sekarang sedang dalam kacau karena England, sang ketua komite menghilang. Para anggota komite yang lain pun sibuk mencarinya. Setelah menemukan beberapa petunjuk, akhirnya mereka tahu kalau America yang terakhir kali bertemu England.

****

Ruangan komite semakin hening, tapi hawa-hawa tegang sangat terasa menyesakkan. Terutama bagi America yang tegang dan bercucuran keringat dingin. Tatapan yang lain seakan-akan bisa mengeluarkan sinar laser kapan saja.

“Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Tanya America dengan suara agak gemetar.

“Dimana England?” Tanya Germany langsung.

“A-Apa maksudmu!? Aku nggak tahu apa-apa!”

“Tapi kamu yang terakhir kali melihat England! Sudah jelas kamu tahu sesuatu!”

“Tunggu dulu, Germany-san!” Sela Japan, “kalau America-san tahu keberadaan England-san, pastinya dia tidak akan bertanya tentang penyelidikan kalian, kan?”

“Itu benar.” Lanjut France ke Germany, “America, lebih baik kamu jelaskan pada kami waktu kamu terakhir kali bertemu England. Apa yang terjadi?”

America hanya terdiam, terlihat dia sangat gelisah. Semuanya pun menunggu jawaban dalam diam. Italy yang bingung hanya menatap mereka satu-persatu dengan heran.

“….Yang kutemui kemarin…bukan England….”

Semuanya merengut heran.

“Maksudmu? “ Tanya France.

“Karena dia nggak marah! Dia pasti bukan England!” Kata America tegas.

Kata-kata America semakin membuat yang lain bingung. Mereka saling menatap satu sama lain dan berpikir ada yang salah dengan America.

“Apa ini ada hubungannya dengan yang kamu tulis tadi? Kamu kesal karena England nggak marah?” Tanya France yang semakin bingung.

“Justru itu! Kemarin waktu aku berjalan ke ruang komite aku bertemu dengannya, tapi sikapnya aneh….”

****

Jam dua siang kemarin, America berjalan di koridor menuju ruang komite. Dia asyik memakan hamburger sambil membawa sekantung penuh hamburger dan milkshake di tangannya. Tiba-tiba ada yang menabraknya dan membuat barang bawaannya jatuh ke lantai. Begitu dilihat ternyata yang menabraknya adalah England yang terduduk dilantai sambil memegang kepalanya.

“Kenapa kamu duduk disitu?” Tanya America heran.

“Aku baru saja jatuh karena badan besarmu itu, tahu!” Kata England kesal.

America merasa kesal karena disalahkan. Dia menatap kebawah sebentar dan mengulurkan tangannya.

“A-Aku tidak butuh bantuanmu! Aku bisa berdiri sendiri!” Kata England tegas sambil memalingkan mukanya.

“Lalu, kenapa kamu nggak berdiri juga?” Balas America sambil mengunyah hamburger yang baru diambilnya.

England mengira America mau membantunya, tapi ternyata laki-laki berkacamata itu hanya mau mengambil hamburgernya yang jatuh. America sedikit kecewa melihat milkshakenya terbuang percuma. Sementara itu, England merasa sangat kesal dan malu. Laki-laki beralis tebal itu berdiri dan ingin melabrak America, tapi dia menahannya dan menghela nafas panjang. America melihatnya dengan heran dan jadi tambah heran lagi ketika England melewatinya begitu saja tanpa berkata apa-apa.

“Hei, Tunggu!” Teriak America sambil menahan tangan England.

England hampir saja jatuh karena America menariknya dengan keras, Alhasil dia pun menjadi kesal.

“Apa-apaan sih! Kamu hampir menghancurkan tanganku, tahu!”

America merasa lega melihat England marah padanya, tapi England malah jadi bingung. Dia merasa heran melihat tatapan America yang aneh.

“Lepas!”

England menarik tangannya dengan paksa dan merengut kesal, tapi kemudian ekspresinya berubah. Dia menatap kebawah lalu matanya tertuju ke America, yang tentu saja membuat laki-laki berkacamata itu kaget. England berbalik dan berjalan pergi.

“Apa yang---“

“Tunggu aku di ruang komite! Jangan pergi sampai aku kembali!” Kata England tegas walau dengan suara pelan. Dia pun mempercepat langkahnya dan meninggalkan America yang terdiam kebingungan.

****

“Tapi England nggak pernah datang….”

Begitu America menyelesaikan ceritanya, semuanya jadi terdiam. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau ceritanya tidak terduga.

“Lalu….? Hanya begitu saja?” Tanya France.

“Memangnya kamu mengharapkan cerita apa?” Kata America kesal mendengar pertanyaan France.

“Kalian bertengkar hebat….” Jawab Germany.

“….Lalu England-san mengungkit tentang masa lalu….” Lanjut Japan.

“….Dan England berteriak ‘America bodoh!!’ dengan keras….” Italy pun ikut menyambung.

“….Akhirnya England berlari pergi sambil menangis.” Sambung France mengakhiri cerita berantai.

“Kenapa kalian berpikir seperti itu!?” Tanya America kaget.

“Karena kalian memang selalu melakukan hal itu, setiap hari!” Jawab France sambil menghela nafas, “Kukira England kabur karena bertengkar denganmu…ceritamu sama sekali tidak memberi petunjuk apa-apa….”

“Tidak. Ceritanya memberi kita satu petunjuk.”

Semuanya menoleh ke Germany dengan heran. Mereka tidak menyangka cerita yang sedikit aneh itu bisa dijadikan petunjuk.

“Iya, kan! Orang itu bukan England! England biasanya pasti marah-marah. Dia pasti alien yang sedang menyamar!” Ujar America.

“Haaah?? Alien? Maksudmu Alien aneh yang selalu menempel denganmu itu?” Tanya France sambil menatap America dengan heran.

“Bukan! Tony tidak mungkin melakukan hal itu! Dia berteman baik dengan England kok! Pasti ini alien lain yang ingin menginvasi bumi!” Ujar America dengan nada semangat.

“Veeee!!! Seram sekali kalau ada alien datang ke bumi! “ Teriak Italy yang ketakutan.

Mereka bertiga ribut soal alien dan melupakan tentang England. Japan ingin menghentikan tapi suaranya yang pelan sama sekali tidak didengar. Germany yang sudah hilang sabar, berteriak keras agar mereka diam.

“Kalian bisa nggak jangan bercanda terus!! Kita sedang membahas England! Serius sedikit!!”

Mereka mengangguk patuh dan bersikap tenang. Mematuhi Germany lebih cepat lebih baik, daripada dihajar, begitulah yang ada dipikiran mereka.

“Lalu, apa petunjuk yang anda maksud, Germany-san?” Tanya Japan.

“England bilang menyuruh America menunggu di ruang komite. Berarti England berencana kembali, dia tidak ada niatan untuk kabur.”

“Kami juga memeriksa gerbang utama, dan tidak ada satupun siswa yag keluar dari sekolah ini dari kemarin.” Lanjut Germany.

“Sudah kubilang! England diculik alien!” Kata America tegas.

“Kamu masih ngotot dengan teori bodohmu itu….” Keluh France.

“Atau jangan-jangan…ini berhubungan dengan kakak-kakak England-san?” Ujar Japan tiba-tiba, “saya dengar hubungan mereka kurang baik….”

“Tidak.” Jawab Germay sambil Germany menggelengkan kepalanya, “aku menanyai mereka pertama kali, tapi mereka tidak tahu.”

“Hubungan mereka memang tidak harmonis sih…tapi kayaknya mereka nggak akan melakukan hal yang berbahaya.” Lanjut France, “dan America, kenapa kamu nggak bilang kalau England menyuruh menunggu kemarin? Aku dan Japan nggak perlu khawatir…..”

“Habis…aku masih bingung…aku tunggu sampai malam England nggak datang juga. Sampai pagi tadi aku baru tahu kalau dia benar-benar hilang.”

Setelah itu, semuanya terdiam sambil berpikir keras dimana lagi mereka bisa menemukan petunjuk soal England. Tiba-tiba ada suara pintu terbuka. Semuanya langsung tertuju ke pintu dengan semangat.

“Heh? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Tanya Russia bingung.

Semuanya langsung kecewa dengan kedatangan Russia. Semangat yang ada sesaat tadi lenyap seketika dan membuat mereka jadi lesu.

“Russia-san, apa anda mau memberi laporan?” Tanya Japan.

“Iya.” Jawab Russia dengan nada ceria.

“Laporan apa?” Tanya France.

Japan ingin menjawab pertanyaan France, tapi Russia keburu memotong. Membuat Japan terdiam pasrah.

“Karena kalian semua sibuk mencari England-kun, aku dan China-kun, sebagai anggota komite yang tersisa, sibuk mempersiapkan urusan festival di lapangan. Tadi pagi Japan-kun menginstruksikan seperti itu.” Kata Russia dengan nada ceria.

France hanya mengangguk pelan. Dia merasakan ada hawa tidak enak melihat senyum Russia yang ceria, terlalu ceria menurutnya. Sepertinya Russia tidak terlalu senang dengan keadaan ini.

“Lalu, England-kun sudah ketemu?” Tanya Russia lagi.

“Kalau sudah ketemu, dia sudah ada disini sekarang.” Jawab America.

“Begitu ya…kukira dia akan kembali lagi tadi. Semoga kalian bisa menemukannya deh.” Kata Russia sambil menyerahkan selembar kertas ke Japan.

Japan menerimanya dengan sedikit enggan karena dia merasakan hal yang sama seperti France rasakan, namun Japan berusaha membalas senyum laki-laki besar itu.

“Oiya. Rumah kaca sedang ditutup sekarang demi persiapan festival. Jadi kalau kalian mau kesana harus tunggu sampai festival dimulai. Sudah ya, aku pergi dulu.”

Russia pergi dengan senyumnya yang cerah. Dengan kepergian Russia, hawa-hawa menegangkan yang mereka rasakan juga ikut menghilang dan mereka menjadi lega. Germany terdiam memikirkan kata-kata Russia. Italy yang tidak mengerti hanya menatap Germany dengan bingung.

“Oiya. Aku sering dengar kabar kalau rumah kaca sebagian besar dikuasai Russia. Dan disana banyak tumbuhan aneh dan menyeramkan.” Ujar Italy.

“Yahh…hanya sedikit orang yang ikut mengurus rumah kaca selain Russia sih.” Lanjut France.

“Benar juga…hanya rumah kaca yang belum aku periksa….” Kata Germany pelan.

“Apa perlu kita periksa kesana?” Tanya Japan.

“Aku hanya berfokus di lingkungan dalam sekolah dan bertanya ke siswa. Lagipula dari tempat jatuhnya England dengan rumah kaca cukup jauh, kemungkinannya kecil.” Lanjut Germany.

Semuanya terdiam kembali. Mereka berpikir keras dimana lagi mereka bisa menemukan petunjuk yang lain. Dan lagi-lagi, di suasana yang lagi serius-seriusnya, ada suara yang mengejutkan. Mereka saling menatap satu sama lain dengan tegang. Ketika mereka menatap Italy, laki-laki itu malah tersenyum lebar dengan air liur menetes.

“Aku lapar, veee~”

Seketika saja, ada benjolan besar di kepala Italy. Terang saja laki-laki itu menangis keras. Japan berusaha menenangkan Italy. Germany benar-benar tidak bisa menahan sabar akibat semua kejadian hari ini.

“Kalau kamu lapar, aku punya beberapa hamburger dan donat.” Kata America sambil mengeluarkan kantung makanan dari dalam jaket coklatnya.

“Vee! Tidak ada pasta?! Atau pizza?!” Tanya Italy kecewa.

“Walaupun aku suka dua makanan itu, tapi repot kalau dibawa-bawa.” Ujar America.

“Tapi Japan pernah membuat bento dengan keduanya. Iya kan, Japan?”

Japan mengiyakan pernyataan Italy dengan anggukan. Akhirnya mereka bertiga membicarakan makanan dengan asyiknya. France sedikit lega melihat America sudah ceria lagi. Pertemuannya dengan England terakhir kemarin pasti membuatnya bingung. Bagaimana pun juga kegelisahan France masih akan ada sebelum England ditemukan. Italy sedang bersiap mengambil hamburger padahal masih ada donat yang menggantung di mulutnya.

“Tunggu, Italy! Jangan dihabiskan!” Cegah America, “sisakan juga buat England….entah dimana England sekarang…tapi pasti dia belum makan…apalagi sekarang sudah mulai sore.”

Italy pun jadi terdiam. France sedikit terkejut tapi dia tersenyum melihat laki-laki berambut coklat itu mengkhawatirkan England.

“Walaupun sikapmu acuh tak acuh, tapi sebenarnya kamu khawatir juga kan?” Tanya France sambil mengelus kepala America.

“Ja-Jangan perlakukan aku kayak anak kecil!” Kata America kesal sambil mengibaskan tangan France dari kepalanya.

“Aku juga sama kok. Perasaan kita sama.” Kata France dengan senyumnya yang lembut.

Bukannya tersentuh America malah merinding. Dia berjalan mundur dan bersembunyi di belakang Germany.

“Germany, aku memilihmu untuk melindungiku dari orang yang mencurigakan disana!”

“Kenapa?!!! Aku kan belum ngapa-ngapain!!” Teriak France kesal.

“Dan juga kenapa kamu bersembunyi dibelakangku….?” Tanya Germay heran.

“Kata England, kalau melihat France berkata manis atau tersenyum mencurigakan, kita harus segera menjauh atau bersembunyi. Karena dia pasti mau melakukan hal berbahaya.” Ujar America sambil menatap France dengan waspada.

Italy mengangguk paham, begitu juga Germany dan Japan. France menolak mentah-mentah teori tidak masuk akal yang dibilang America.

Sialan! Si alis tebal itu ngomong apa sih! Dia selalu curiga kalau aku mau melakukan hal baik….waktu kecil juga begitu, kalau aku datang dengan senyum yang paling manis dia malah lari dan bersembunyi di balik pohon atau semak-semak.

“Germany, apa kamu mencari England disekitar taman?” Tanya France tiba-tiba.

“Eh? Tidak sih. Tapi kami memang melewati taman dan tidak ada apa-apa disana.” Jawab Germany.

“Pohon disini memang banyak tapi tidak besar…semak-semak pun hampir tidak ada…” Gumam France pelan.

“Apa maksudmu France? Aku nggak ngerti!” Teriak America penasaran.

America dan yang lain tidak mengerti dengan kata-kata France yang seperti teka-teki. France terdiam dengan alis merengut, dia berpikir dengan sangat serius. Suasana tegang itu akhirnya pecah dengan suara pintu yang terbuka sangat keras.

“Hmm? Kenapa kalian ada di depan pintu?”

“Seharusnya kami yang tanya, kenapa kamu membuka pintu dengan kasar begitu, Switzerland!” Kata Germany yang masih kaget.

“Kalian nggak perlu sekaget itu.” Kata Switzerland sambil berjalan masuk dengan tampang kesal, “sebenarnya aku nggak mau memberitahu hal ini karena cuma masalah kecil. Tapi menurutku kalian perlu tahu.”

“Ada apa?” Tanya France

“Ada pencuri di sekolah ini.” Jawab Switzerland.

Semuanya sangat terkejut mendengarnya. Belum satu masalah selesai, muncul lagi masalah lain. Semua ini membuat otak France serasa mau pecah.

“Apa yang hilang, Switzerland-san?” Tanya Japan.

“Bukan hilang sih. Lebih baik kalian lihat sendiri.”

Dengan terpaksa France dan lainnya mengikuti Switzerland ke suatu tempat. Pastinya dia akan membawa mereka ke tempat kejadian perkara. Masing-masing dari mereka membayangkan benda apa yang hilang sampai-sampai Switzerland terlihat serius. Tapi France berbeda, dia masih memikirkan sesuatu. Sesuatu yang bisa jadi petunjuk menemukan England. Setelah mereka melewati ruangan aula, tidak lama kemudian Switzerland berhenti.

“Di sini.” Kata Switzerland yang berhenti di depan sebuah pintu. Semuanya pun ikut berhenti dan melihat nama ruangan yang tertempel di bagian atas pintu dengan keheranan. Terang saja, karena ruangan itu adalah ruang kesehatan, tempat tidak ada satupun benda berharga disana.

“Eh? Disini?” Tanya Germany dengan nada kurang yakin.

‘”Jangan mengeluh! Lihat saja sendiri!” Teriak Switzerland kesal.

Switzerland membuka pintu itu secara perlahan. Biasanya ruangan kesehatan sangat bersih dan rapi, tapi yang sekarang terlihat di dalam ruangan itu cukup kotor. Banyak jejak lumpur dimana-mana dan ada beberapa botol pecah.

“Wah..berantakan sekali….” Ujar Italy.

“Sepertinya ini terjadi ketika pengunguman tadi pagi. Karena saksi mata bilang sebelum mereka ke aula tidak ada jejak lumpur di luar, tapi ketika mereka ke sini setelah pengunguman selesai banyak jejak lumpur dan di dalam ruangan sudah berantakan.

“Tapi tadi tidak ada jejak lumpur diluar?” Tanya Japan

“Petugas kebersihan sudah membersihkannya tadi pagi. Soalnya ada murid yang meminta dia membersihkan koridor.“ Ujar Switzerland, ”padahal sudah kubilang jangan dibersihkan karena itu TKP, bikin kesal saja.”

“Kamu tahu jejak itu darimana?” Tanya Germany.

“Dari yang kutelusuri, tersangka masuk dari pintu belakang gedung ini yang terhubung dengan kebun belakang, wilayah klub berkebun yang baru. Lalu jejak itu berakhir di ruangan ini.” Jelas Switzerland

Semuanya terdiam bingung. Germany berusaha menganalisa petunjuk-petunjuk yang dimiliki Switzerland dengan seksama, dalam dipikirannya hanya ada satu orang yang bisa jadi tersangka. Sementara itu, France mengelilingi seluruh ruangan dan mengamatinya. Sama seperti Germany, dpikirannya pun terlintas satu orang. Tapi France tidak ingin berspekulasi lebih jauh. Dia ingin menemukan petunjuk lain yang bisa menyelesaikan semua masalah ini.

Kalau benar dia kesini…sekarang dia dimana? Ini sih sama saja dengan—

France terhenti di depan jendela yang tertutup. Dari jendela itu bisa terlihat rumah kaca yang besar. Mata France melebar , dia memeriksa jendela dengan seksama. France melihat bagian bawah jendela terdapat sisa lumpur. Laki-laki berjanggut tipis itu terus terdiam menatap sisa lumpur itu kemudian dia hanya tersenyum tipis.

Kena kau, England!

“Anu…Switzerland-san…bisakah kita mencari nanti?” Tanya Japan ragu-ragu.

“Apa maksudmu, Japan?!!! Maksudmu ini tidak penting?!” Teriak Switzerland tegas.

“Bu-Bukan itu…”

“Switzerland! Kami masih sibuk mencari England! Nggak ada waktu mencari pencuri di UKS!” Balas America.

“Dia masih belum ketemu juga? Ya ampun…mau sampai kapan kalian bermain-main?” Tanya Switzerland dengan nada ketus.

“Apa maksudmu main-main?! Ini serius tahu!” Kata America kesal.

“Kita memang sedang main-main kok.”

Semuanya menoleh ke France, mereka terlihat bingung. Mereka semakin heran karena France terlihat sangat tenang, berbeda dengan beberapa saat lalu.

“A-Apa maksudmu, France?” Tanya America heran.

“Kalian belum mengerti? England tidak kabur. Dia juga tidak diculik. Kita semua ada disini, hanya dia yang tidak ada disini…dan sekarang kita sedang mencari alis tebal itu.”

Semuanya semakin tidak mengerti. Hanya Germany yang tetap bersikap tenang. Sepertinya dia sudah tahu arah pembicaraan France.

“Kamu sudah tahu dimana England?” Tanya Germany.

“Yah begitulah. Dari dulu dia tidak pernah berubah sih.” Kata France sambil menatap rumah kaca yang ada diluar.

“Huh. Aku tidak mengerti.” Keluh Switzerland, “kalau kalian tidak mau bantu, aku bisa cari sendiri pelakunya.”

“Lebih baik kamu juga ikut. Karena mungkin England tahu siapa pelakunya.” Kata Germany

“Apa?”

Switzerland menatap Germany bingung. Melihat Germany terlihat serius dia hanya menghela nafas dan mengangguk.

“Baik, aku akan ikut. Tapi aku ikut cuma mau menangkap pelakunya.”

“Baiklah. Mari menjemput alis tebal itu sekarang.” Ujar France sambil tersenyum.

****

“Hei, France! Aku nggak ngerti. Sebenarnya England dimana?” Tanya America sambil mengejar France yang berjalan didepan.

France menoleh. Dia hanya tersenyum melihat America yang masih kebingungan.

“Hei, America. Kamu pernah main petak umpet dengan England?”

America terlihat kesal karena pertanyaannya malah dijawab dengan pertanyaan lain. Tapi dia tetap berjalan sambil memikirkan jawabannya.

“Pernah sih, waktu aku kecil. England selalu bisa menemukanku walaupun aku sudah bersembunyi di tempat yang berbeda-beda….”

“Kamu pernah jadi yang jaga?” Tanya France lagi.

“Eh? Itu….” America kembali berpikir mengingat kejadian dulu, “pernah sih. England selalu bersembunyi di tempat yang penuh dengan bunga. Seakan-akan dia sengaja supaya aku bisa menemukannya dengan mudah.”

Setelah mendengarnya France tertawa pelan. America jadi terheran-heran melihatnya. Setelah melewati pintu kecil mereka semua menginjakkan kaki di tanah berumput. Setelah itu mereka menuju rumah kaca besar yang tidak jauh dari mereka.

“Ah iya. Rumah kaca ini kan dikunci…tapi kenapa pakai rantai dan gembok segala sih….” Kata France sambil melihat pintu yang dirantai sangat ketat.

“Baru pertama kali saya melihat rumah kaca dikunci dengan rantai….” Kata Japan yang ikut heran.

“Aku masih nggak ngerti kenapa kita kesini?” Tanya America ngotot.

“Aku juga nggak ngerti, vee!” Kata Italy ikutan, “Germany, sebenarnya kenapa sih?”

Germany hanya diam dan melirik ke Japan. Laki-laki bermata coklat itu pun juga diam. Dia sudah mengerti kenapa mereka ke rumah kaca.

“Kita kesini karena mau cari England, kan? Jadi kita cari dia disini.” Jwab France pelan.

“E-England ada disini?!” Tanya America kaget.

“Yah, aku sih nggak tahu. Ini Cuma tebakanku aja sih.” Kata France santai, “masalahnya bagaimana kita masuk…mungkin kita harus manggil Russia untuk—“

“Tinggal dibuka aja kan?”

America menarik rantai itu kuat-kuat dan rantai itu pun putus. Semuanya melihatnya dengan takjub, rantai yang besar dan berat itu bisa diputus hanya dengan tangan. America membuka pintu dan berjalan masuk, semuanya pun mengikuti. Di dalam rumah kaca itu banyak sekali bunga dalam berbagai jenis dan warna.

“Oi, England! Kamu disini kan? Keluarlah!” Teriak America.

“Oi, oi. Tenanglah, America. Kita cari pelan-pelan.” Kata France khawatir yang melihat America mencari England dengan gelisah.

“Baiklah! Kita semua berpencar mencari England atau siapapun juga disini. Kita pasti mendapat petunjuk!” Kata Germany.

Semuanya pun mulai berpencar diantara bunga-bunga yang tumbuh disitu. Apapun itu mereka bergarap bisa mendapat petunjuk yang menuntun mereka menemukan England maupun pelaku kekacauan di UKS. Beberapa menit setelah mereka mencari terdengar suara teriakan.

“VEEE!!! Switzerland! Kamu kenapa!” Teriak Italy dari kejauhan.

Semuanya terhenti dan dengan segera berlari menuju sumber suara. Italy terlihat gemetar ketakutan dan menunjuk ke suatu tempat. Semuanya terdiam kaget melihat ada seorang laki-laki berambut pirang dan beralis tebal sedang terbaring diam.

TO BE CONTINUED

Pada akhirnya masih bersambung juga. *tertawa pahit* France jadi selangkah lebih maju dari Germany menemukan petunjuk soal England, padahal dia nggak keliling. XDDD

Chapter berikutnya benar-benar chapter terakhir! Karena cerita ini sebenarnya sudah selesai tapi karena terlalu panjang aku bagi dua. :D


Chapter 4 (End)
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3

Save And Share :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar:

Posting Komentar

back to top